IGJ: Indonesia Jadi "Good Boy" bagi Negara Maju

Indonesia berpeluang menjadi inisiator sistem perdagangan global yang lebih berkeadilan daripada WTO, jika konferensi tingkat menteri (KTM) ke-9 WTO yang digelar di Bali pada Desember mendatang mengalami kebuntuan.

Direktur Eksekutif Indonesia for Global Justice (IGJ) menyatakan, Indonesia bisa mengajak dunia untuk menginisiasi perdagangan global yang lebih baik dari WTO, jika tidak ada keputusan yang nanti dihasilkan di Bali.

"Hal itu karena kepercayaan dunia terhadap WTO bakal hilang jika tidak ada kesepakatan di Bali," ujarnya, Rabu (30/10/2013).

Momentum ini, menurut Riza, akan memberikan ruang kepada Indonesia untuk tampil sebagai penggagas sistem ekonomi yang lebih adil dan berkelanjutan. "Kebuntuan WTO di Bali adalah (mengenai) keberhasilan menyelamatkan ekonomi dunia," ungkapnya.

Namun, ia menyadari, sejauh ini Pemerintah Indonesia tak mau mengambil risiko untuk mengganggu negara-negara maju. Bahkan, kata dia, dalam forum perdagangan dunia, Indonesia menjadi "lucu" karena seolah-olah tampil sebagai negara maju.

"Strategi Indonesia itu cari selamat, gaya good boy. Tidak ingin dipermalukan di depan negara industri, tapi juga tidak ingin ditinggalkan G-33," sindir Riza.

Di sisi lain, ia mengakui, Indonesia masih memiliki kepentingan sebagai negara berkembang. Terlebih lagi, Indonesia sebagai koordinator dari G-33 dalam KTM WTO.

Dalam diskusi tersebut, Riza mengingatkan bahwa agenda di balik WTO adalah menyelamatkan krisis ekonomi di negara maju dengan mendorong peningkatan perdagangan ke negara berkembang melalui skema fasilitas perdagangan dan larangan tindakan proteksionisme.

Pendapat : Lepasnya krisis di negara maju juga menguntungkan negara berkembang

0 komentar:

Posting Komentar